Dipangku, Bakal Mati: Konsep Menerima Ujian Menurut Orang Jawa

Pandemi di Indonesia sudah berlangsung sejak awal tahun 2020. Selama setahun dicekam oleh virus mematikan tentu bukan hal mudah. Banyak penyesuaian yang kita harus lakukan agar bisa bertahan hidup sesuai dengan keadaan zaman. Ya, zaman wabah corona menjadi salah satu momen paling menantang di sepanjang sejarah manusia. Ketakutan mengancam, kengerian berkelindan.



Sebagai orang Jawa, saya pun menelisik filosofi yang telah ratusan tahun diawetkan sebagai tradisi yang hidup dalam perihidup orang-orang Jawab. Di kampung dan desa-desa kami mengenal dan belajar aksara Jawa di sekolah. Bukan hal yang mudah mempelajari aksara lokal yang bentuk dan aturannya sangat berbeda dengan aksara Latin yang sudah banyak dikenal. Namun ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa menaklukkannya, ketika kita mampu menyusun kalimat berbahasa Jawa sesuai kaidah.

Dipangku, bakal mati. Ini salah satu aturan dalam penulisan aksara Jawa ketika suatu huruf atau fonem berada di akhir kalimat. Jadi dalam aksara Jawa dikenal nama pangkon yakni sandangan (pelengkap) yang menghentikan sebuah huruf agar tidak berbunyi.

Dengan memangku atau menerima kenyataan, maka suatu ujian akan bisa kita taklukkan. Dengan spirit penerimaan, acceptance yang penuh penyerahan kepada Tuhan, maka suatu masalah akan kita lalui dengan hasil memuaskan sesuai kehendak Sang Maha Hidup.

Post a Comment

2 Comments